“Pertanian
berkelanjutan pada prinsipnya pengelolaan lahan dilakukan secara organik. Itu
tugas kita yang bergelut bidang pertanian menggunakan lahan sebijak
mungkin” terang Ririn sebagai pengurus kelompok tani Maju Jaya Desa Rowosari,
Sumberjambe, Jember. Rowoasari merupakan desa terpencil didaerah lereng
gunung Raung sekitar 35 km dari kampus Universitas Jember. Desa Rowosari
Sumberjambe, terkenal dengan produk beras merah organik yang dihasilkan.
Pemasaran produk mereka merambah kota-kota besar seperti Surabaya dan Bali.
Pada minggu
(30/11) mahasiswa Fakultas Pertanian berksempatan mengunjungi desa Sumberjambe.
Dalam kunjungan lapang tersebut bertujuan untuk mengetahui langsung praktik
pertanian berkelajutan (sustainable agiculture). Mahasiswa disambut
jajaran pengurus kelompok tani organik secara hangat. Dengan disuguhi olahan
pangan lokal berupa singkong goreng. Kegiatan yang dilakukan berupa pemaparan
materi dilanjutkan peninjauan tanaman padi dipersawahan. Meskipun kondisi hujan
tidak menyurutkan antusias mahasiswa dalam mengikuti kegiatan.“Dengan kegiatan
ini saya rasa mampu memotivasi mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya mengenal
pertanian berkelanjutan lewat literatur, namun dapat mempelajarinya dilapang”
ujar Febri.
Pemilihan
lokasi pertanian organik di Sumberjambe melalui pertimbangan beberapa hal.
Kondisi topografi serta sumber air yang belum tercemar dirasa cocok untuk
praktik pertanian berkelanjutan. “ Kondisi disini 40% masih berupa hutan
sehingga ekosistem masih terjaga alami” tambah Ririn. Menurut pengakuanya
sumber bahan organik didaerah tersebut melimpah. Rata-rata petani memiliki
ternak sendiri untuk memenuhi bahan organik.
“Petanian
organik di Rowosari bermula pengenalan sistem tanam SRI pada 2008 silam” terang
Rudiyanto sebagai ketua gapoktan. Pada awal pengenalan sistem bertani organik
respon masyarakat sekitar masih rendah. Kecenderungan hasil sistem
organik rendah menjadi penyebab utama. Namun ketika melihat harga jual yang
tinggi lambat laun para petani mulai tertarik. “Pada 2010 kita memiliki
keinginan untuk mendapat sertifkat organik sebagai syarat untuk menjual produk
berlabel organik” lanjut Rudi.
Rudi mengaku
keberhasilan kelompok tani Maju Jaya tidak diperoleh secara instan. Saat
sertifikasi tahun 2010 gagal memperoleh sertifikat organik. Dikarenakan masih
banyak anggota yang tidak mematuhi aturan. Kepungurusan yang kurang koordinasi
serta pengawaasan internal pada anggota masih lemah. “Dahulu kita bernaung JSM
organik yang beranggotakan tiga kelompok tani namun akhirnya gagal”.
Perbaikan
dimulai 2011 dengan pendataan ulang anggota. Akhirnya pada 2012 memperoleh
sertifikat organik dari LESOS Mojokerto. Hingga sekarang total lahan yang
bersertifikat organik seluas 27 ha. “Kita waktu itu melakukan pendataan ulang
dan kontrak ulang serta membuat SOP penanaman, penggilingan, pengemasan sebagai
perbaikan” lanjut Rudi.
Rudi mengaku
pertama kali panen 3 ton/ha pada tahun kedua 4 ton/ha dan sekarang 6 ton/ha.
Penurunan hasil panen yang sangat banyak tersebut menjadikan petani pemula enggan
meneruskan pertanian organik. Rudi mengklaim dengan perkembangan metode
pengurangan hasil panen dapat disiasati dengan pengurangan input kimia secara
bertahap.” Kalau langsung dipotong maka banyak orang yang kaget akibat turunya
hasil. Kita siasati dengan cara bertahap. Pertanian konvensional makin lama
makin turun, tetapi dipertanian yang kita lakukan makin lama hasil makin
meningkat” terang Rudi.
Penekanan
pertanian organik pada pegolahan lahan dengan mempertahankan kesuburan alami.
Penambahan unsur hara pada lahan pertanian menggunakan kotoran sapi yang
difementasi. Pengendalian hama menggunakan pestisida nabati dari bahan sekitar.
Serta penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal ) sebagai bahan mempercepat
pengomposan dan pembuatan pupuk cair.“ Lahan kita saat ini bisa dikatakan
mendekati kritis. Perlu penambahan bahan organik sebanyak-banyaknya. Saya
mempersilahkan setiap orang untuk membuang kotoran sapinya ke lahan saya” ujar
Ririn.
Kelompok
tani maju jaya sampai saat ini telah mengembangkan produk ornganiknya.
Produk yang diahasilkan tidak hanya padi saja. mereka menanam sayur, buah dan
aren yang dibudidayakan secara organik.
Diposkan oleh : Endra Eka Purnanto (13924)
a. Nilai penyuluhan
ReplyDelete• Sumber Teknologi / ide : produk beras merah organik sebagai salah satu hasil dari pertanian organik. Pertanian organik merupakan upaya dalam penerapan pertanian berkelanjutan dengan prinsip pengelolaan lahan yang dilakukan secara organik.
• Sasaran : Petani dan kelompok tani Maju Jaya di Desa Rowosari, Sumberjambe, Jember
• Manfaat : Pertanian organik bermanfaat untuk mempertahankan kesuburan alami dan juga meningkatkan hasil panen.
• Nilai Pendidikan : kelompok tani Maju Jaya Desa Rowosari, Sumberjambe, Jember menggunakan sistem pertanian organik dimana lahan diolah dengan sebijak mungkin agar tidak merusak lingkungan. Hasilnya pertanian organik ini dapat meningkatkan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional.
b. Nilai berita yang terkandung dalam artikel
-importance : artikel ini mengandung informasi yang dibutuhkan oleh petani yaitu salah satu bentuk dari pertanian berkelanjutan yaitu dengan menjalankan sistem pertanian organik dimana lahan diolah dengan sebijak mungkin.
- consequence : Hasil dari pertanian organik tidak hanya dapat mempertahankan kesuburan tanah, menjaga lingkungan dan meningkatkan hasil panen, tetapi juga menghasilkan produk pertanian yang sehat untuk dikonsumsi dan aman dari bahan kimia.
Aida Atikasari
14/363231/PN/13518